[AGAMA] Kisah Laungan AZAN di Belanda

Thursday March 14, 2013


Tengah hari, ketika saya tidak bekerja dan tinggal di rumah, sayup-sayup terdengar suara azan. Sejenak saya termenung. Sudah bertahun-tahun saya tinggal di Belanda dan tidak pernah sebelumnya mendengar suara azan di sini.

Beberapa bulan lalu saya pindah rumah ke bandar Utrecht, kota pelajar di Belanda. Saya tinggal di kawasan yang diberi nama Lombok. Daerah ini terkenal sebagai tempat berkumpulnya kaum pendatang. Kedai-kedai Turki dan Maghribi bersusun di jalan utama, semuanya ada dari sayur, buah sampai baju-baju.

Uniknya nama-nama jalan di sana diberi nama berdasarkan nama-nama pulau di Indonesia. Ada jalan Bali, Jawa, Sumatra, Riau. Di daerah Lombok anda serasa tidak di Belanda kerana suasana islam sangatlah kuat.

Ketika pertama kali mendengar suara azan di Lombok, saya sempat berfikir mungkin saya sedang tidur dan bermimpi sedang berada kampung tempat saya dibesarkan. Suara azan yang sering saya dengar itu memang tidak sekeras yang biasa terdengar di Indonesia. Tapi cukup jelas.

Azan berasal dari sebuah masjid yang letaknya di hujung jalan, kira-kira 100 meter dari rumah saya. Masjid Turki itu bernama Ulu Jami. Walaupun sering melalui di depan masjid, saya sendiri belum pernah masuk ke sana.

Dari luar, masjid itu sama sekali tidak kelihatan seperti masjid. Bentuknya sama seperti bangunan-bangunan lain, cuma ada tulisan nama masjid. Saya baca di internet, gedung ini dulunya tempat mandi umum.

"Masjid itu sudah lama di situ," kata jiran saya yang berasal dari Turki. Dia sudah hampir sepuluh tahun membuka kedai runcit di Lombok. Sebagai muslim dia sendiri kadang-kadang ke sana kalau punya masa.

Di Belanda semakin banyak penduduk Muslim, jumlahnya mencapai jutaan. Tidak hairan kalau semakin banyak masjid ditubuhkan di negara kincir angin ini. Saya beberapa kali membaca di media tentang keluhan warga yang tinggal di dekat masjid kerana merasa terganggu dengan suara azan. Sampai ada debat parlimen segala tentang boleh tidaknya masjid mengumandangkan suara azan.

Tetangga Turki saya yang ramah dan murah senyum itu mengatakan, memang pernah ada beberapa warga yang protes. "Makanya pemerintah kota menetapkan suara azan tidak boleh dilaungkan malam hari dan pagi." Ini menjelaskan kenapa saya hanya mendengar suara azan pada siang hari, saat azan Zuhur.

Walau terkenal sebagai daerah Turki dan Maghribi, banyak warga Belanda asli yang tinggal di sana. Lombok tergolong wilayah yang sangat diminati kerana letaknya yang strategik, berhampiran stesen kereta.

Di sebelah rumah saya tinggal pasangan muda Evelien dan Peipen. Mereka baru saja tinggal bersama. Evelien sudah lama tinggal di Lombok. "Biasanya Jumaat siang saya dengar suara azan, kalau saya pergi ke supermarket dekat masjid," kata Evelien ketika saya tanya apa dia juga pernah mendengar suara azan.

Pasangan muda ini menyatakan sama sekali tidak terganggu dengan suara azan yang kadang-kadang mereka dengar. "Suara dari masjid itu sesuai untuk wilayah Lombok ini," kata Evelien. Ia tentu saja merujuk pada banyaknya warga Muslim di Lombok.

"Sayang ya, kita tidak tahu lirik lagu itu," kata Peipen kembali. "Bukan lagu, itu kan ayat-ayat yang diulang-ulang. Allahu Akbar," sanggah Evelien. Mereka kemudian terlibat dalam perbincangan tentang apa itu azan.

Dua-duanya tidak begitu tahu apa makna azan. Saya kemudian menjelaskan kepada mereka. "Mungkin azan itu sebaiknya diterjemahkan dalam Bahasa Belanda, jadi kan kita tahu ertinya," usul Peipen.

Mendengar suara azan di sebuah tempat yang letaknya ribuan kilometer dari tanah kelahiran saya sangat mengesankan. Perasaan terharu kadang-kadang menghinggap kerana kerinduan pada kampung halaman datang bersama alunan suara azan yang mengingatkan saya pada masa kecil, pada rumah, rakan-rakan dan keluarga di Indonesia.

Di depan masjid ada kawasan kosong yang sekarang sedang dibina masjid baru. Nampaknya akan menjadi masjid yang besar dengan dua menara tinggi. Saya ingin tahu apakah dengan datangnya masjid baru nanti suara azan akan lebih sering terdengar di Lombok. Yang jelas, untuk sekarang saya sudah gembira dengan suara azan yang kadang-kadang sayup terdengar di rumah kecil saya yang letaknya ribuan kilometer dari tanah air.

sumber dari republika.co.id

[AGAMA] Kisah Laungan AZAN di Belanda [AGAMA] Kisah Laungan AZAN di Belanda Reviewed by Unknown on Thursday, March 14, 2013 Rating: 5

No comments